Jumat, 25 Januari 2013

Middle Ages (in Indonesian language) :)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abad Pertengahan, pernakah anda mendengar zaman itu sebelumnya? Ya, Abad Pertengahan adalah periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat di bawah prakarsa Raja Charlemagne pada abad ke -5 hingga munculnya monarkhi-monarkhi nasional, dimulainya penjelajahan samudra, kebangkitan humanisme, serta Reformasi Protestan dengan dimulainya renaisans pada tahun 1517.
  Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri yang baru muncul pada abad ke-17 sesungguhnya hanya berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini sebagai zaman peralihan atau masa transisi, maupun zaman tengah antara dua zaman penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman Kuno Yunani dan Romawi dan Zaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17. Dengan demikian, maka bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat Kuno  ,yaitu Yunani dan Romawi yang dilanjutkan dengan masa seribu tahun sejarah filsafat Abad Pertengahan.
Pada Abad Pertengahan ini merupakan suatu abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk dalam tatanan pemerintahan. Efek samping yang ditimbulkan oleh fenomena tersebut, yaitu sains yang telah pernah berkembang di masa zaman klasik cenderung untuk dipinggirkan dan dianggap lebih sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari Ketuhanan. Menarik memang bila kita mencermati pemikiran maupun filsafat yang berkembang pada masa ini. Untuk lebih lanjut maka penulis akan memaparkan tentang filsafat pada abad pertengahan di Eropa.


1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana gambaran filsafat pada abad pertengahan?
1.2.2. Bagaimana periode perekembangan filsafat pada abad peretengahan?


1.3. Tujuan Penulisan
3.3.1. Mengetahui gambaran filsafat pada abad pertengahan?
3.3.2. Mengetahui periode perekembangan filsafat pada abad peretengahan?














BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Filsafat pada Abad Pertengahan
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi suatu agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh nabi Isa As. Pada permualaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Abad pertengahan ini selalu dibahas sebagai zaman yang khas, karena dalam abad-abad itu perkembangan alam pikiran di Eropa sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama. ( Hassan 1996: 59)
Umumnya perkembangan filsafat pada abad pertengahan digambarkan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir semuanya seorang “klerus”, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
Gereja untuk pertama kalinya diberi toleransi oleh Kaisar Galerius menjelang ia meninggal. Setelah itu gereja didukung penuh oleh Kaisar yang menang Constantine I, yang berhasil menjadikan dirinya sebagai pemilik separuh kerajaan.( Toynbee 2004: 448)
            Pada abad ketiga watak ini memburuk akibat dari makin bertambahnya jumlah umat Kristen, kekayaan dan kekuasaan. Keadaan ini mengubah jabatan-jabatan tertinggi Gereja menjadi hadiah yag menggoda bagi orang yang mengejarnya. Terdapat persaingan kotor untuk jabatan uskup Roma. Gereja juga menjadi targetbagi penindasan yang lebih sisteatis dibandingkan penindasan lokal yang sebentar dan keras pada abad pertama era Kristen.
Pada abad pertengahan segala bentuk kehidupan ini kelihatan tenang, damai dan sakral, tetapi didalamnya bergejolak rasa tidak puas, hidup tertekan karena beban yang ditimpakan oleh gereja dan pejabat feodal baik secara moral maupun fisik. Ketenangan dan stabilitas yang terwujud karena rasa takut, ketaatan buta terhadap gereja yang menguasai segala aspek kehidupan manusia pada zaman itu. segalanya tergantung dan ditentukan gereja (Adisusilo 2007: 24)
Timbulnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pendangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebanaran dapat dicapai oleh kemampuan akal, karena mereka semua pada waktu itu belum mengenal yang namanya wahyu.
Munculnya beragai macam aliran pemikiran yang mengkaji tema tersebut menunjukkan bahwa para pemikir pada zaman itu ternyata bisa berargumentasi secara bebas dan mandiri sesuai dengan keyakinannya. Kendati tidak jarang mereka, karena ajarannya, harus berurusan dan bentrok dengan para pejabat gereja sebagai otoritas yang kokoh dan terkadang angkuh pada masa itu. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan agama kristiani sebagai basisnya.
Pada masa ini yang diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Cirinya yang paling khas dalam sejarah filsafat Abad Pertengahan ialah kentalnya usaha dalam penggabungan iman dan akal budi. Iman mampu dipertanggung jawabkan secara logis, kritis, sistematis dan rasional. Filsafat banyak digunakan untuk membantu menjelaskan teologi akan iman yang dihayati.


2.2. Periode Perkembangan Filsafat pada Abad Pertengahan
Sejarah filsafat pada abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman atau periode, yakni periode pratistik dan periode skolastik.
1. Periode Patristik
Nama Patristik berasal dari kata Latin “patres” yang menunjuk kepada bapa-bapa Gereja, berarti pujangga-pujangga Kristen dalam abad-abad pertama tarikh Masehi yang meletakan dasar intelektual untuk agama Kristen ( Bertens, 1998: 20)
Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan bid’ah kaum Gnosis. Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang sejati dan wahyu sekaligus. Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani berkisar antara sikap menerima dan sikap penolakan. Penganiayaan keji atas umat Kristen dan karangan-karangan yang menyerang ajaran Kristen  membuat para Bapa Gereja awal memberikan reaksi pembelaan atas iman Kristen dengan mempelajari serta menggunakan paham-paham filosofis.
Didunia barat agama Katolik mulai tersebar dengan ajaranya tentang Tuhan, manusia dan etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat Yunani dan memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya menganai soal-soal  tentang kebebasan manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat Tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), origenes (185-254), Agustinus (354-430),  yang sangat besar pengaruhnya dalam bukunya De Civitate Dei (Perihal negara Allah).
Dalam perjalanan waktu, terjadi reaksi timbal balik, kristenisasi helenisme dan helenisasi kristianisme. Maksudnya, untuk menjelaskan dan membela ajaran iman Kristen, para Bapa Gereja memakai filsafat Yunani sebagai sarana helenisme (di kristenkan). Namun, dengan demikian, unsur-unsur pemikiran kebudayaan helenisme, terutama filsafat Yunani, bisa masuk dan berperan dalam bidang ajaran iman Kristen dan ikut membentuknya ajaran Kristen “di Yunanikan” lewat gaya dan pola argumentasi filsafat Yunani. Misalnya, Yustinus Martir melihat “Nabi dan Martir” kristus dalam diri sokrates. Sebaliknya, bagi Tertulianus (160-222), tidak ada hubungan antara Athena (simbol filsafat) dan Yerussalem (simbol teologi ajaran kristiani). Bagi Origenes (185-253) wahyu ilahi adalah akhir dari filsafat manusiawi yang bisa salah. Menurutnya orang hanya boleh mempercayai sesuatu sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari trasdisi Gereja dan ajaran para Rasul. Pada abad ke-5, Augustinus (354-430) tampil.
Pemikiran Yunani mempunyai pengaruh penting pada pemikiran Kristen dikemudian hari, akan tetapi kesdaran terhadap pemikiran Yunani dijembatani suatu gerakan para penafsir Plato yang kemudian disebut Neoplatonisme. Contohnya, menafsirkan bentuk kebaikan platonis sebagai sejenis person, yang mengundang penafsiran dikemudian hari sebagai Allah orang Kristen.  Ajarannya yang kuat dipengaruhi neo-platonisme merupakan sumber inspirasi bagi para pemikir abad pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800 tahun. ( Solomon 2003: 220)
Pada Zaman Patristik ini mengalami dua tahapan. Yang pertama adalah permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. Selanjutnya yaitu Filsafat Augustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Augustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan ditutupnya Akademia Plato pada tahun 529 oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan para Bapa Gereja berhasil disimpan dan diwariskan di biara-biara yang pada zaman itu dan berates-ratus tahun sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat intelektual berkat kemahiran para biarawan dalam membaca, menulis, dan menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani serta tersedianya fasilitas perpustakaan.
2. Periode Skolastik
Dari abad 5 sampai abad 9 Eropa mengalami suatu masa penuh kericuhan, karena suku bangsa Hun pindah dari Asia Tengah masuk wilayah Eropa. Suku-suku Jerman terpaksa pindah juga dan melewati perbatasan kekasisaran Romawi yang pada waktu itu sudah merosot sebagai kekuatan politik. Pada tahun 410 kota Roma jatuh dalam tangan Alarik, raja suku bangsa Got-Barat. Selama banyak tahun perpindahan bangsa-bangsa berlangsung terus dan mengubahkan peta Eropa secara radikal. Kebudayaan Romawi di Eropa Selatan dan Afrika Utara dihancurkan, biarpun banyak unsur akan terus hidup melalui Gereja Kristen, antara lain bahasa Latin yang merupakan bahasa kultural yang resmi sepanjang Abad Pertengahan.
Zaman Skolastik ini baru dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan. Dengan demikian maka arti kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Jadi, ciri filsafat Skoalstik dalam menggunakan metode ini, yaitu berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, ditentukan pro dan kontaranya untuk kemudian ditemukan pemecahannya. Tuntutan kemasuk akalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan.
Untuk mempersatukan iman dan akal budi merupakan sebuah hal yang khas dalam sejarah filasafat abad Pertengahan. Usaha ini mencapai puncaknya dalam era kehidupan Thomas Aquinas atau lebih dikenal dengan Skolastik. Sejarah pada zaman Skolastik ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1.      Periode Skolistik Awal
Periode Skolastik awal ini berlangsung sikitar tahun 800-1200-an. Pada zaman ini ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Dimunculkan oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran pemikiran.
Dalam periode ini, diusahakan dengan pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik” dengan pro-kontra mulai berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang hangat didiskusikan pada masa ini adalah masalah  universalia dengan konfrontasi antara Realisme dan Nominalisme sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat tempat.
Pengaruh alam pemikiran dari Arab mempunyai peranan penting bagi perkembangan filsafat selanjutnya. Juga pada tahun 800-1200, kebudayaan Islam berhasil memelihara warisan karya-karya para filsuf dan ilmuwan zaman Yunani Kuno. Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam menerjemahkan karya-karya itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Maka, pada para pengikut Islam mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia) terjemahan karya-karya filsuf Yunani itu, terutama karya-karya Aristoteles sampai ke dunia Barat. Dan salah seorang pemikir Islam adalah Muhammad Ibn Rushd (1126-1198). Namun jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama Ibn Sina (980-1037) berusaha membuat suatu sintesis antara aliran neo-Platonisme dan Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada gilirannya nanti terbukalah kesempatan bagi para pemikir kristiani Abad Pertengahan untuk mempelajari filsafat Yunani secara lebih lengkap dan lebih menyeluruh daripada sebelumnya. Hal ini semakin  didukung dengan adanya biara-biara yang antara lain memeng berfungsi menerjemahkan, menyalin, dan memelihara karya sastra.
2.      Periode Keemasan Skolastik
Periode kemasan Skolistik berlangsung sekitar abad ke 13. Seperti halnya sepanjang seluruh abad pertengahan, dalam periode ini pun filsafat umumnya dipelajari karena hubunganya dengan teologi. Namun demikian, peranan filsafat pada zaman jni tidak boleh diremehkan. Pada abad ke 13 dihasilkan beberapa sintesa filosofis yang betul-betul mencolok mata. Perkembangan ini dimungkinkan karena sudah pada akhir abad 12 timbul beberapa faktor baru antara lain: 1) universitas-universitas didirikan; 2) beberapa ordo membiara baru dibentuk; 3) sejumlah karya filsafat yang sampai saat itu belum dikenal dalam dunia barat, ditemukan dan mulai digunakan dalam pengajaran filsafat.( Bertens, 1998: 28)
Periode keemasan skolastik juga dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles tersebut memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200), dan masih banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari khazanah pemikiran kristiani dan filsafat Yunani. Tokoh-tokohnya adalah Yohanes Fidanza (1221-1257), Albertus Magnus (1206-1280), dan Thomas Aquinas (1225-1274).
3.      Periode Skolastik Akhir
Periode Skolastik Akhir berlangsung sekitar abad ke 14-15. Pada zaman ini ditandai dengan pemikiran Islam yang berkembang ke arah nominalisme, yaitu suatu aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio memberikan jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Berbagai tokoh yang mempunyai pemikiran kritis pada zaman ini adalah Wiliam dari Ockham (1285-1349). Anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan mengenai nominalisme yang dulu pernah didiskusikan. Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang sekarang masuk wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464). Ia menampilkan “pengetahuan mengenai ketidaktahuan” ala Sokrates dalam pemikiran kritisnya:”Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur kita memasuki zaman baru, yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang diawali oleh zaman Renaissans, zaman “kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16.












BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Zaman pertengahan adalah suatu zaman dimana Filsafat yang berkembang pada Abad Pertengahan digambarkan dengan adanya hubungan yang erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan ini memang merupakan filsafat Kristiani. Hal tersebut diperkuat oleh fakta yang menunujukan bahwa sebagian besar para pemikir zaman ini hampir semuanya dari golongan “klerus”, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani. Di Abad Pertengahan ini sejarah filsafat yang berkembang dibagi kedalam dua zaman atau periode, yakni periode Patristik dan periode Skolastik.












Daftar Rujukan:
Adisusilo, Sutarjo. 2007. Sejarah Pemikiran Barat. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Bertens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Hassan, Fuad. 1996. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Jaya.
Solomon, R.C. & Higgins K.M. 2003. Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Toynbee, Arnold. 2004. Sejarah Umat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
www.http://en.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahan, di akses 20 Januari 2012, pukul 13.45 wib.
Kanza, El .2011. Filsafat Abad Pertengahan, (Online), (http: el-Kanza.blogspot.com/ Filsafat-abad-Pertengahan.html), diakses 20 Januari 2012, pukul 13.53 wib.
Rahmat, Taufiq .2011. Masa Peralihan Filsafat dari abad Pertengahan ke Masa Modern, (Online), (http: www.kompas.com/masa-peralihan-filsafat-dari-abad-pertengahan-ke-masa-modern/), diakses 20 Januari 2012, pukul 13.56 wib.







Lampiran









The  Thinker Close










Peta Abad Pertengahan

Revolusi Rusia dan Perancis


Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya,sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Dalam makalah ini kami menyajikan uraian tentang “Sejarah Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia”. Hal ini merupakan suatu pokok kajian yang penting mengingat bahwa peristiwa-peristiwa yang dibahas inilah yang menjadi dasar dan landasan dari berdirinya berdirinya paham demokrasi dan liberal dewasa ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak terdapat kekurangan-kekurangan sehingga makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan tangan taerbuka.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan,khususnya mahasiswa Prodi Sejarah.

                                                                       
                                                                        Pekanbaru,Agustus 2007















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR  ISI........................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 4
          A.LATAR BELAKANG.............................................................................. 4
          B.TUJUAN..................................................................................................... 4
          C.RUANG LINGKUP.................................................................................. 5
          D.METODE.......................................................................................... ........ 5
BAB II.REVOLUSI PERANCIS................................................................. .        6
II.1 SITUASI YANG BERKEMBANG DI EROPA……………….       6
            II.2 PRAKTEK ABSOLUTISME DI PRANCIS…………...……...       7
            II.3.SEBAB TERJADINYA REVOLUSI…………………………..       9
            II.4.REVOLUSI PERANCIS……………. …………………………        10
            II.5 AKIBAT REVOLUSI PERANCIS.................................................... 14
BAB III.REVOLUSI RUSIA................................................................................. 14
          III.1.Revolusi Tahun 1905............................................................................. 16
          III.2.Revolusi Tahun 1917............................................................................. 17
         III.3 Tokoh-tokoh Revolusi Oktober…………………………………          19
                  A.Vladimir Ilyich-Ulyanov Lenin………………………………          19
                  B.Lev Trotsky…………………………………………………...          21
BAB IV.PENUTUP………………………………………………………….         23
         IV.1.KESIMPULAN…………………………………………………..         23
         IV.2 SARAN……………………………………………………………        23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………      24





BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perjalanan kehidupan masyarakat dunia dari masa lampau hingga masa kini pada hakikatnya telah mewariskan berbagai peristiwa.Semua peristiwa-peristiwa tersebut diupayakan untuk terus digali,disusun dan ditulis kembali fakta-fakta nya agar menjadi suatu catatan yang berharga dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Peristiwa Revolusi Perancis dan Rusia yang dibahas dalam makalah ini memiliki makna yang penting dalam kehidupan bernegara karena memiliki muatan ideologi-ideologi dunia mengenai kebebasan berpikir dan pengakuan terhadap HAM yang terkandung didalamnya.
Sebagai sebuah konsep,makalah yang berjudul “Sejarah Revolusi Perancis dan Revolusi Rusia”ini dikategorikan sebagai sejarah Eropa karena terjadi dalam ruang lingkup wilayah tertentu di benua Eropa.Oleh karena itu,kita sebagai negara yang menyadari hakekat dari sejarah gemilang suatu bangsa,hendaknya dapat menjadikan inspirasi dari kebebasan yang merupakan semangat dari kedua revolusi tersebut menjadi suatu motivasi dalam mencapai tujuan dalam hidup yang berbangsa dan bernegara sesuai Pancasila dan UUD 1945.
B. Tujuan
Tujuan utama dari makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya Revolusi Prancis dan Revolusi serta pengaruh-pengaruhnya terhadap perkembangan dunia modern.Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas akhir yang diberikan oleh dosen pembimbing Bapak Drs H.Mangara Siagian.Penulis juga berharap melalui makalah ini kita sebagai warga negara Indonesia pada umumnya serta mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah khususnya dapat mengambil hikmah dari perjuangan para pendahulu kita ini.



C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam makalah yang kami susun ini secara alur waktunya (timeline) adalah dari kurun waktu tahun 1789 hingga tahun 11917 dan secara wilayah mencakup seluruh wilayah negara Perancis pada tahun 1799 dan kerajaan Rusia pada tahun 1917  baik daratan maupun kepulauan.

D.Metode
            Metode pencarian data-data yang dilakukan adalah melalui studi pustaka dari buku-buku referensi yang relevan dan browsing data melalui media internet.












BAB II
Revolusi Perancis
   Revolusi Perancis adalah masa dalam sejarah Perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana golongan demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monarki absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal.
            Meski Perancis kemudian akan berganti sistem antara republik, kekaisaran, dan monarki selama 75 tahun setelah Republik Pertama Perancis jatuh dalam kudeta yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte, revolusi ini dengan jelas mengakhiri ancien regime (Rezim Lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti Valois dan Bourbon) dan menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Perancis.
II.1.Keadaan Eropa sebelum Revolusi
            Pada abad ke 17, Niccolo Macchiavelli dalam bukunya,Il Principe  meletakkan landasan-landasan monarki absolute yang kemudian mempengaruhi raja-raja di Eropa untuk membentuk kekuasaan yang mutlak..Buku Il Principe itu sendiri menjelaskan bahwa kekuasaan raja tak terbatas terhadap segala sesuatu yang mencakup negara,harta dan rakyat yang ada di wilayahnya kekuasaannya.

            Berikut keadaan kerajaan-kerajaan Eropa pada masa itu;
a.Kaisar Frederick II (1740-1786) dari Prusia
            Ia becita-cita menjadikan Prusia sebagai negara terkuat di Jerman dengan menjalankan Politik Druch Blut Und Eisen (Darah Dan Besi),lalu membangun industri secara besar-besaran dengan sistem militer yang kuat.

b.Tsar Peter Yang Agung (1689-1727) dari Rusia
            Ia mendatangkan teknisi-teknisi handal dari luar negeri untukk membangun industi dan armada perangnya dalam rangka menjalankan Politik Air Hangat terhadap Turki.Ia juga dikenal sebagai pendiri kota St.Peterburg.
c.Raja Charles I (1625-1649) dari Inggris
            Terjadi pertentangan antara kaum Parlemen dengan Raja yang menyulut Perang Saudara dengan kronologis sebagai berikut:
-Perang Parlemen (Oliver Cromwell) melawan Raja Charles I (1642-1649)
-Cromwell menang dan Raja Charles I dihukum mati.
-Monarki dibubarkan dan Inggris menjadi Republik
-Cromwell menjadi kepala negara dengan gelar Lord Protectorat.
-Cromwell meninggal,terjadi pemberontakan kaum royalis lalu kerajaan di pulihkan,charles II naik tahta.
-Kekuasaan parlemen semakin kuat dengan memaksa penandatanganan Bills Of Right (1689),yaitu piagam pengakuan  HAM dan pembatasan kekuasaan raja.
Louis XVI,Raja Perancis dengan kekuasaaan absolut.
II.2.Praktek Absolutisme di Prancis
-Di mulai pada masa Cardinal Richeliu dari golongan gereja (1642-1643) yang menjadi Perdana Menteri pada masa Louis XIII (1610-1643)
-Dilanjutkan oleh Cardinal Mazarin (1643-1661)
-Metode perdagangan merkantilisme yang dipelopori oleh Jean Baptist Colbert  menjadikan Prancis makmur sehingga mampu membangun kekuatan militer yang kuat.
-Lalu pada masa Louis XIV dilakukan beberapa tindakan yang mengarah pada pembentukan Negara yang absolut
1..Mengalahkan kaum Huguenots (Protestan Prancis)
2.Membubarkan dan menghapus sistem Parlemen
            Louis XIV berhasil menjadikan Prancis sebagai monarki absolut yang paling berhasil di Eropa dengan ciri-ciri:
1.Memerintah tanpa Undang-Undang
2.Memerintah tanpa Dewan Legislatif
3.Memerintah tanpa kepastian hukum
4.Memerintah tanpa anggaran belanja
5.Memerintah tanpa di batasi hukum

            Louis XIV menunjukkan bahwa seolah-olah kekuasaan raja berasal dari Tuhan (Les droit divin) sehingga tidak dapat diganggu gugat.Ia terkenal dengan semboyannya Le etate c’es moi (Negara adalah saya).

Penentang Absolutisme
            Tindakan raja,kaum bangsawan dan kaum gereja yang semena-mena membuat rakyat menderita sehingga menimbulkan pemikir-pemikir yang mempunyai gagasan yang menentang absolutisme.

1.John Locke (1632-1704)
            Menganjurkan dibentuknya sebuah konstitusi dengan menjadikan HAM sebagai prioritas,pemikiran ini kemudian menjadi landasan konstitusi kemedekaan Amerika Serikat.
2.Montesquieu (1689-1755)Dalam bukunya L'Esprit de Lois (The Spirits Of Law) ia menyebutkan bahwa negara ideal adalah negara yang menjalankan pemisahan kekuasaan yang dikenal dengan Trias Politica
Marie Antoinette,Permaisuri yang bergelar Madame Deficit

3.Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Mengemukakan Teori du Contract Social (Perjanjian Masyarakat)dimana disebutkan bahwa manusia memiliki kesamaan derajat dan kemerdekaan berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
            Pemikir-pemikir ini mempengaruhi pola pikir golongan-golongan yang tertindas oleh kaum borjuis yang nantinya akan melahirkan Revolusi Perancis.

II.3.Sebab-sebab terjadinya Revolusi
            Banyak faktor yang menyebabkan Revolusi Perancisi. Salah satu di antaranya adalah karena sikap orde lama yang terlalu kaku dalam menghadapi dunia yang berubah. Penyebab lainnya adalah karena ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh Ide Pencerahan (Aufklarung) dari kaum terpelajar, kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi berlangsung dan kekuasaan beralih dari monarki ke badan legislatif, kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.

Sebab Khusus
1.Dalam Perang Kemedekaan Amerika Serikat (1780),Prancis yang merupakan musuh bebuyutan dari Inggris mengirimkan pasukan untuk membantu Amerika di bawah pimpinan Jenderal Marquis de Lafayette,sekembalinya dari Amerika,tentara-tentara tersebut membawa pengaruh euphoria kebebasan di Prancis.

2.Pemborosan uang negara untuk mengadakan pesta-pesta mewah di Istana Versailles oleh Permaisuri Marie Antoinette sehingga ia sering dijuluki Madame Deficit.

Sebab Umum
1.Utang negara menumpuk sehingga untuk membayar utang tersebut,rakyat di bebani pajak yang sangat tinggi.
2.Kerugian karena kalah dalam “Perang Tujuh Tahun” terhadap Inggris.
3.Raja bertindak sewenang-wenang karena dapat melakukan penangkapan tanpa pengadilan terhadap siapa saja yang dicurigai.
4.Rakyat wajib membayar tunjangan kepada Kaum Gereja,Bangsawan dan Raja.

II.4.Revolusi Perancis

I.Etats Generaux (1789-1792)
            Aktivitas proto-revolusioner dimulai ketika raja Perancis Louis XVI (memerintah 1774-1792) menghadapi krisis dana kerajaan. Keluarga raja Perancis, yang secara keuangan sama dengan negara Perancis, memiliki utang yang besar. Selama pemerintahan Louis XV (1715-1774) dan Louis XVI sejumlah menteri, termasuk Turgot (Pengawas Keuangan Umum 1774-1776) dan Jacques Necker (Direktur-Jenderal Keuangan 1777-1781), mengusulkan sistem perpajakan Perancis yang lebih seragam, namun gagal. Langkah-langkah itu mendapatkan tantangan terus-menerus dari parlement (pengadilan hukum), yang didominasi oleh "Para Bangsawan", yang menganggap diri mereka sebagai pengawal nasional melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, dan juga dari fraksi-fraksi pengadilan. Akibatnya, kedua menteri itu akhirnya diberhentikan.
Penyerangan Bastille yang dianggap sebagai lambang kekuasaan absolut (14 Juli 1789)
            Akhirnya dalam kebuntuan tersebut raja memanggil Etats General untuk bersidang setelah dibubarkan sekian lama pada tahun 1614,namun tidak juga berhasil menyelesaikan anggaran belanja.Akhirnya pada tanggal 14 Juli 1789 rakyat yang terdiri dari kaum buruh dan petani yang marah menyerang Penjara Bastille yang merupakan lambang kekaisaran absolute.Keadaan Negara menjadi darurat lalu kaum Revolusioner bergerak cepat menuju istana dan berhasil menangkap Louis XVI dan merebut kekuasaan dari tangan monarki.Setelah itu di bentuk lah Dewan Revolusi yang mengambil langkah-langkah sebagai berikut;
1.Kendali pemerintahan dipegang oleh Dewan Revolusi pimpinan Jendral Lafayette
2.Membentuk Tentara Revolusi
3.Membentuk Dewan Legislatif
4.Menetapkan bendera resmi yaitu “Bendera Tiga Warna” sebagai lambang Liberte,Egalite dan Fraternite.
5.Menetapkan Lagu Kebangsaan yaitu “La Marseillas”.
6.Menghapus hak-hak istimewa kaum bangsawan dan gerejawan

            Konstitusi berhasil di bentuk pada tahun 1891 sehingga Prancis berbentuk monarki konstitusional,namun karena khawatir pengaruh revolusi menjalar ke negara-negara Eropa lainnya,Austria dan Prusia berusaha melakukan invasi terhadap Prancis untuk menyelamatkan Louis XVI dan merestorasi monarki.Namun rencana itu gagal.ketika Louis XVI tertangkap oleh tentara revolusi ketika akan melarikan diri dan di  hukum mati karena dianggap mengkhianati Konstitusi Negara yang baru terbentuk.Peristiwa ini terjadi pada tahun 1792.

II.Republik Perancis (1792-1804)
1.Pemerintahan Teror/Reign of Terror (1793-1794)
            Robespierre dari partai Jacobin diangkat sebagai kepala pemerintahan sementara.Menyikapi keselamatan Republik yang menerima ancaman dari dalam (Kaum Bangsawan/Muscadine) dan luar negeri (Austria dan Prusia-ingat bahwa Marie Antoinette adalah anak dari Kaisar Franz Joseph dari Austria),Robespierre menjalankan pemerintaha dengan tangan besi.Ia menangkap dan menghukum mati orang-orang yang di curigai dengan guillotine.Dalam waktu setahun sudah 40.000 orang yang menjadi korban pisau jagal tersebut.Pada akhirnya terjadi pemberontakan terhadap Robespierre lalu ia di tangkap dan dihukum mati .

2.Dewan Directoire (1795-1799)
            Dipimpin oleh Paul Francois Nicolas Jean Barras yang beranggotakan 5 orang.Pada masa ini terjadi Peristiwa 13 Vendemiaire dimana Kaum Bangsawan berusaha menyerang Paris namun berhasil ditumpas oleh Jenderal Napoleon Bonaparte yang masih berusia 26 tahun.Karena jasa-jasanya itu Napoleon diangkat sebagai pemimpin Ekspedisi Italia untuk mengusir Austria dari sana.Lalu ia berangkat ke Mesir untuk melumpuhkan armada Inggris yang menuju India.Sepulangnya dari luar negeri Napoleon dielu-elukan oleh masyarakat sehingga Directoire merasa terancam lalu mereka bermaksud menyingkirkan Napoleon namun rencana ini gagal dan Directoire dibubarkan oleh Napoleon yang kemudian diangkat menjadi Konsul.
3.Konsulat (1799-1802)
            Dewan yang beranggotakan beberapa pemimpin terkemuka diantaranya Napoleon Bonaparte dan Abbe Sieyes.Pada masa ini Code Napoleon mulai digunakan dimana nantinya akan menjadi cikal bakal hukum sipil modern.
Napoleon dalam Ekspedisi Italia yang kedua berhasil melintasi Pegunungan Alpen (1802),perhatikan bebatuan yang bertuliskan nama Hannibal dan Charlemagne.
4.Kekaisaran (1804-1814)
            Pada suatu kudeta,Konsulat dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte dan ia mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar Perancis hingga kekalahannya dalam perang di Rusia (1812) dan Leipzig (1813).Lalu ia mengundurkan diri dari posisi Kaisar dan di buang ke Pulau Elba.



5.Restorasi Kerajaan Bourbon (1814-1815)
            Kerajaan Prancis dipulihkan sebagai  kerajaan Monarki Konstitusional dengan Rajanya Louis ke XVIII yang merupakan paman dari Louis XVI.

6.Kekaisaran 100 hari Napoleon (1815)
            Napoleon Bonaparte melarikan diri dari Pulau Elba lalu di sambut oleh rakyat yang setia kepadanya dan dapat merebut kekuasaan dengan mudah.Namun dapat dikalahkan oleh Duke Of Wellington dari Inggris dan Gebhart Lebrecht Von Blucher dari Prusia pada Pertempuran Waterloo di Belgia.Ia mengundurkan diri dan dibuang ke Pulau St.Helena di Afrika Barat hingga akhir hayatnya (1821).Sepeninggal Napoleon,Louis XVIII kembali memegang kekuasaan.

II.6.Akibat Revolusi Bagi Negara Prancis
Dalam Bidang Politik:
-Konstitusi menjadi kekuasaan tertinggi
-Lahirnya konsep Negara Republik di Eropa
-Berkembangnya paham demokrasi modern
-Nasionalisme muncul
-Aksi revolusioner untuk menggulingkan absolutisme raja

Dalam Bidang Ekonomi:
-Petani dapat memiliki tanah
-Sistem pajak feodal dihapuskan
-Sistem monopoli dihapuskan
-Lahirnya industri besar sosial:
-Penghapusan feodalisme secara bertahap
-Susunan masyrakat baru
-Pendidikan merata bagi setiap golongan
-Lahirnya Code Napoleon sebagai cikal bakal hukum modern


Akibat Bagi Dunia Internasional
 Dalam Bidang Politik:
-Tersebarnya paham Liberalisme
-Meluasnya paham demokrasi
-Meluasnya paham Nasionalisme
-Berkembangnya gerakan Revolusioner

Dalam Bidang Ekonomi:
-Industri timbul di Eropa
-Perdagangan beralih dari daerah pantai menuju ke pedalaman
-Inggris kehilangan pasar di Eropa karena Napoleon menjalankan stategi politik Kontinental

 Dalam Bidang Sosial:
-Penghapusan feodalisme
-Pendidikan secara merata
-Pengakuan terhadap HAM











BAB III
Revolusi Rusia
Revolusi Rusia mengacu kepada revolusi yang terjadi pada tahun 1905 dan 1917 yang menjadi titik awal berdirinya Uni Soviet pada tahun 1922 setelah terlebih dahulu mengalami perang saudara antara kaum Bolshevik dan Menshevik.Revolusi ini dilakukan oleh golongan Bolshevik terhadap Kerajaan Rusia untuk mengubah bentuk negara menjadi republik dengan ideologi komunis.Revolusi Rusia sering diidentikkan dengan Revolusi Oktober tahun 1917,namun pada kenyataannya merupakan kelanjutan dari revolusi yang telah meletus terlebih dahulu tahun 1905.

III.1.Revolusi Tahun 1905.
Penyebabnya:
1.Tsar Nicholas II menolak mendirikan suatu pemerintahan konstitusional sehingga menyulut reaksi keras dari kaum oposisi.
2.Rusia kehilangan reputasi sebagai salah satu kekuatan besar di Eropa setelah mengalami kekalahan dari Jepang pada tahun 1904 di Port Arthur.
3..Peristiwa Bloody Sunday dimana tentara kerajaan menembaki arak-arakan pekerja pada tanggal 22 Januari 1905.

            Menyikapi peristiwa-peristiwa tersebut,Tsar berjanji memanggil suatu badan konsultatif,namun yang terjadi hanyalah kekacauan yang semakin memperbesar pemogokan-pemogokan dan kejahatan-kejahatan.Pada masa itu terdapat badan persatuan pekerja yang bernama Soviet yang memiliki massa yang besar dan sangat berpengaruh.Akhirnya pada tanggal 30 Oktober 1905 Tsar mengeluarkan kepeutusan berikut:
1.Menyusun suatu Konstitusi.
2.Mendirikan Duma (badan legislatif)
3.Mengangkat Sergei Witte sebagai Perdana Menteri.

            Sebagian kaum revolusioner menerima keputusan ini,namun pihak Soviet masih melanjutkan aksi protesnya.Selama tanggal 22 Desember 1905-1 Januari 1906 terjadi kerusuhan besar sehingga dilakukan tindakan pengamanan yang dilakukan secara keras terhadap Soviet.Pekerja dan buruh diawasi oleh pabrik secara ketat,perdagangan pribadi dilarang,para tokoh Soviet melarikan diri keluar negeri.

Tsar Nicholas II Romanov,Tsar terakhir Rusia

III.2.Revolusi Oktober 1917
Penyebabnya:
1.Tsar membubarkan Duma
2.Terjadi pemberontakan dari tentara ibukota di St.Petersburg.
3.Posisi Rusia yang tidak menguntungkan pada Perang Dunia I
4.Pertentangan antara Dewan Pemerintahan Sementara
5.Pemogokan kaum buruh yang ditindas secara kejam oleh adik dari Tsar yang merupakan komandan dari Satuan Pengamanan Kerajaan.
Lenin bersama-sama dengan Trotsky
            Golongan Sosialis kembali menghidupkan badan Soviet yang telah dilarang pada tahun 1905,Soviet mengorganisir aksi dari Pemerintah Sementara yang telah menerima mandat dari Tsar Nicholas II yang mengundurkan diri.Perlawanan Soviet semakin nyata setelah kepulangan Lenin dari luar negeri.Pangeran Lvov yang ditunjuk menjadi ketua Pemerintahan Sementara mengundurkan diri dan digantikan oleh Kerenski.Pemerintahan Sementara menjadi semakin lemah terutama setelah terjadi ketegangan antara Kerenski dan bawahannya yaitu Jenderal Kornilov.Kornilov lalu memimpin tentara untuk menyerang kota Petrograd namun gagal karena Kerenski didukung oleh kaum Bolshevik yang ternyata menerima senjata dari Kerenski untuk turut serta memerangi Kornilov. Setelah dipersenjatai pengaruh Bolshevik menjadi semakin besar sehingga menjadi mayoritas dalam badan Soviet (serikat buruh Rusia) dimana Lev Trotsky menjadi ketuanya.Kemudian Lenin memutuskan untuk melakukan Coup terhadap Pemerintahan Sementara yang semakin melemah.Golongan Bolshevik yang telah dipersenjatai dan dibantu oleh serdadu-serdadu dari Petrograd,pelaut-pelaut dari Konstradt dan kesatuan Red Guard mengambil gerakan untuk menguasai kantor-kantor pemerintahan.Pada tanggal 25 Oktober mereka berhasil menguasai Istana Musim Dingin dan mengumumkan dibubarkannya Kerajaan Rusia yang telah berusia ratusan tahun.
            Anggota dari dewan Pemerintahan Sementara ditangkap bersama-sama keluarga kerajaan yang diasingkan ke Siberia dimana Tsar Nicholas II bersama seluruh keluarganya di eksekusi dan mengakhiri keturunan dinasti Romanov dari Rusia.Kongres Soviet Rusia lalu memberikan kekuasaan kepada Bolshevik dan Dewan Komisariat Rakyat sebagai badan eksekutifnya.Lenin yang dilantik sebagai Presiden lalu menjanjikan “Perdamaian,Tanah dan Roti”terhadap seluruh rakyat Rusia.
Tsar Nicholas II beserta keluarganya yang dihabisi pada tahun 1918

III.3 Tokoh-tokoh Revolusi Oktober
A.Vladimir Ilyich-Ulyanov Lenin
Nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov (10 April (22 April menurut Kalender Gregorian) 1870 - 21 Januari 1924), adalah seorang revolusioner komunis Rusia, pemimpin partai Bolsyewik, Perdana Menteri Uni Soviet pertama dan pencipta paham Leninisme.Nama Lenin sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama sungai Lena, di Siberia.

Masa Muda

Lenin lahir di Simbirsk, Rusia, sebagai anak dari Ilya Nikolaevich Ulyanov (1831 - 1886), seorang pegawai negeri Rusia yang berjuang untuk meningkatkan demokrasi dan pendidikan bebas untuk semua orang di Rusia. Ia beristrikan Maria Alexandrovna Blank (1835 - 1916). Seperti banyak orang Rusia, Lenin berasal dari sukubangsa yang berbeda-beda. Ia punya darah Kalmyk yang diwarisinya dari orangtua ayahnya. Dan dari ibunya ia mewarisi darah Jerman Wolga. Selain itu ayah ibunya adalah seorang Yahudi. Vladimir Ulyanov (Lenin) sendiri dibaptis dalam gereja Ortodoks Rusia.
Vladimir sendiri di sekolah pandai dalam bahasa Latin dan bahasa Yunani. Di bulan Mei 1887 kakaknya Alexander Ulyanov dihukum gantung karena turut merencanakan pembunuhan Tsar Alexander III. Hal ini membuat Vladimir menjadi radikal dan ia ditendang dari Universitas Kazan karena turut serta demonstrasi mahasiswa. Tetapi ia belajar sendiri dan pada tahun 1891 bisa mendapatkan izin menjadi seorang pengacara.

Perkembangannya menjadi seorang Revolusioner

Sementara itu ketika bekerja sebagai seorang pengacara di Saint Petersburg, ia mulai mengenal karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Karena karya tentang Marxisme dilarang di Rusia, Leninpun ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu ia dibuang ke Siberia.
Pada bulan Juli 1898, masih di Siberia, Lenin menikahi seorang wanita sosialis bernama Nadezhda Krupskaya. Pada tahun 1899, ia menulis buku tentang perkembangan Kapitalisme di Rusia. Pada tahun 1900, ia diperbolehkan pulang dari Siberia. Lalu ia berkeliling Eropa dan mengunjungi konferensi-konferensi Marxis.
Pada tahun 1903 Lenin bertengkar dengan para pengurus Partai Sosial-Demokrat dan Buruh Rusia mengenai struktur kepartaian. Martov seorang pengurus menginginkan sebuah struktur yang agak lepas dan otonom sedangkan Lenin menginginkan struktur yang sentralistik. Lalu partai ini pecah menjadi dua. Orang-orang Lenin disebut kaum Bolshevik yang berarti mayoritas dan orang-orang Julius Martov disebut kaum Menshevik yang berarti minoritas.

Revolusi Rusia

Pada bulan Februari 1917, berhubung dengan kekalahan besar Rusia di Perang Dunia I, maka Tsar Nikolas II dipaksa untuk turun tahta. Lalu dibentuk sebuah kabinet yang dipimpin oleh Alexander Kerensky. Lalu Lenin pada tanggal 16 April 1917 kembali ke Petrograd, nama kota Saint Petersburg yang telah di'Rusia'-kan.
Kemudian Lenin pada bulan Juli mencoba mengadakan pemberontakan kaum buruh. Tetapi pemberontakan ini gagal, lalu Lenin melarikan diri ke Finlandia. Pada bulan oktober ia kembali lagi dan berusaha mengadakan Revolusi Oktober. Pada saat ini ia berhasil, maka pada tanggal 7 November 1917 menurut tarikh Kalender Gregorian atau tanggal 25 Oktober menurut tarikh Kalender Julian, revolusinya berhasil dan Kerensky terpaksa melarikan diri.
Pada tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang wanita revolusioner pula, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat tetapi kesehatannya mulai menurun dan akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 1924 setelah stroke empat kali.

2.Lev Trotsky
Lev Davidovich Trotski (Yanovka, Kherson, Ukraina, 26 Oktober (Kalender Julian) = 7 November (Kalender Gregorian) 187921 Agustus 1940), terlahir sebagai Lev Davidovich Bronstein.Ia adalah seorang revolusioner Rusia dan penerus Lenin, tetapi ditendang keluar Rusia oleh Stalin, dan akhirnya pada 1940 ia dibunuh atas perintah Josef Stalin di Meksiko.
Ia adalah anak seorang petani keturunan Yahudi, David Bronstein, yang berasal dari Ukraina. Sebuah kebetulan yang sangat menarik ialah bahwa ia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal Revolusi Oktober Rusia; 7 November.Ia adalah seorang revolusioner Rusia dan orang kedua setelah Lenin. Trotski adalah yang mendirikan tentara merah dan juga pendiri Politbiro. Tetapi ia ditendang keluar Rusia oleh Stalin, apalagi di tahun itu Stalin telah menyingkirkan para tokoh yang dulu bersama-sama bekerja dengan Lenin selama Revolusi. Dari 23 orang “staf umum” Lenin dari tahun 1917, hanya Stalin yang masih duduk di kursinya. Lainnya meninggal, atau hilang, atau dihukum mati, atau bunuh diri, atau terbuang.

Pemikirannya

Trotski menginginkan tangan besi yang lebih keras ketimbang Lenin ketika meghadapi kaum buruh yang di tahun 1921 itu kurang mendukung jalannya pemerintahan Bolsyevik. Trotski ingin agar buruh di militerisasikan. Ia tak mau serikat buruh jadi mandiri; mereka harus menjadi abdi negara. Ia juga menegaskan bahwa partai punya “hak historis” “untuk mempertahankan kediktatorannya”. apapun perasaan dan maju mundurnya sikap kelas pekerja. Ia berbicara tentang generasi mendatang, tentang dirinya, orang sekelilingnya (para pengikutnya) dan keluarganya. Anaknya yang lelaki, Lyova seorang aktivis pengikut ayahnya, mati disebuah rumah sakit Perancis konon karena diracun. Anaknya yang perempuan, Zina bunuh diri karena merasa disia-siakan. Trotski menelan itu semua seraya rambutnya kian memutih. Ia mencoba menghimpun para pengikutnya dalam gerakan “Internasional ke-4” namun gerakan ini kocar kacir. Trotski tahu ia akan di bunuh, biarpun ia sudah terbuang dari bumi Rusia dan hidup nun jauh di Coyoacan, meksiko. Stalin musuh politiknya, berhasil memperkukuh kekuasaan di Kremlin. Sang diktator punya jaring-jaring luas yang setia keseluruh dunia di antara orang-orang komunis. Trotski juga punya pengikutnya sendiri. Tapi tak ampuh.
Pembunuhan Trotski
Di fajar 24 Mei 1940, rumahnya di Avenida Viena diserbu satu pasukan gelap. Cucu Trotski, Sieva. Bocah 12 tahun itu terluka. Untung Trotski selamat. Dan selasa pagi 20 Agustus 1940, setelah memberi makan kelinci-kelincinya, Trotski menerima Jassen Monard. Lelaki ganteng ini pacar seorang pengikut Trotski yang setia ingin menunjukkan naskahnya tentang Uni Soviet kepada Trotski. Mereka masuk ke ruang studi. Trotski duduk di depan mejanya. Jassen meletakkan jas hujan yang dibawanya. Di balik mantel itu ia ternyata membawa sebuah kapak es besar yang bergagang pendek. Serta merta, lelaki itu menghantamkan kapak tersebut ke kepala Trotski. Trotski menjerit menyerbu dan menggigit tangannya hingga kapak itu terlepas. Ia yang luka itu pun menghambur ke luar. Dia menyebut nama Jassen kepada istrinya. Setelah 24 jam di rumah sakit dalam keadaan koma, dengan kepala berdarah, Trotski tewas. Dan kemudian diketahui bahwa Jassen memang orang yang diutus Stalin, meskipun selama 20 tahun pembunuh itu membisu dipenjara Mexico. Tak mengherankan bila kemudian Stalin memberinya bintang pahlawan. Jassen kemudian bebas di tahun 1960, dan meninggal di Kuba.







Bab IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
            Setelah membaca uraian di atas dapatlah kita menyimpulkan bahwa revolusi di Prancis dan Rusia adalah tidak terlepas dari beberapa hal,yaitu:
1.Raja yang memerintah dengan absolut tanpa dibatasi oleh suatu undang-undang yang tertulis.
2 Penindasan yang dilakukan oleh kaum Bangsawan terhadap rakyat jelata.
3.Berkembangnya pemikiran-pemikiran moderat yaitu Liberalisme dan Marxisme yang mampu menumbangkan pemerintahan di kedua negara tersebut.
IV.2 Saran
      Sebaiknya kita sebagai mahasiswa dan merupakan calon dari ahli-ahli Sejarah dan lebih khususnya lagi,sebagai manusia yang berbangsa dan bernegara dapat menilai bahwa perjuangan dalam menuntut pengakuan asasi kepada penguasa bukanlah suatu perjuangan yang mudah.Oleh karena itu kita sebagai generasi muda hendaknya harus memiliki tekad dan keinginan serta semangat yang revolusioner untuk mengabdi dan berbuat semaksimal mungkin demi kemajuan negara Indonesia yang sangat kita cintai ini.








DAFTAR PUSTAKA

Badrika,I Wayan.Sejarah Nasional Umum Jilid 2 SMU,Erlangga,Jakarta,2003
Gayo,Iwan.Buku Pintar Seri Senior,Gramedia,Jakarta 2001
Hamid,Abdul.Sejarah Umum,PT.Sumber Bahagia,Bandung,1979
Ikeda,Ryoko.Eroica,Cuokorensha,Tokyo,1984
Poesponegoro,Marwati Djoened.Tokoh dan Peristiwa dalam Sejarah Eropa 1815-1945,Erlangga,Jakarta,1980
Soetrisno,Eddy,Ensiklopedi Populer Seri Senior,Taramedia dan Restu Agung,Jakarta,2004
www.wikipedia.com